Rabu Pon, 27 November 2024
Letak makam Mbah Imam Nawawi terpencil di pingir Sungai Gunting di Jombang Jawa Timur. Tidak seperti tempat ziarah lain, makam ini dipercaya bertuah berkah keselamatan. Sebagian peziarah malah melakukan tapabrata ‘berguru ilmu kasekten’ kepada yang sumare. Logikanya, mana mungkin arwah dijadikan guru ? Tapi itulah yang terjadi ketika Merapi ke sana pekan lalu meski terpencil letaknya, makam ini memiliki daya tarik khusus di Jombang. Terhampar di desa Mancilan, Mojoagung. Menurut sejarahnya Mbah Nawawi masih keturunan Keraton Cirebon. Dia mengembara dan melakukan syiar agama sampai di perbatasan Jombang. Ketika itu, Jombang sedang menjadi ajang pertempuran seru melawan penjajah Belanda. Prihatin melihat nasib bangsanya, beliau lalu mendirikan padepokan untuk melatih beladiri pemuda setempat.
Karena sikapnya itu, Mbah Nawawi sempat ditangkap dan disiksa Kompeni. Tapi siksaan itu tak menyurutkan semangat Mbah Nawawi dalam membela bangsa. Suatu kali dia mendapat berondongan senapan serdadu Kompeni. Tapi Mabah Nawawi tidak juga tersungkur. Bahkan dia menantang Kompeni untuk menghabiskan pelurunya.
Melihat kesaktian Mbah Nawawi, serdadu Kompeni lalu kabur.
Kabar kesaktian Mbah Nawawi pun menyebar. Banyak orang datang berguru kepadanya. Dan uniknya, meski beliau sudah meninggal, makamnya masih dipakai berguru ! Peziarah percaya, mereka bisa mendapat ilmu dari roh Mbah Nawawi.
Menurut Wahab (60) jurukunci makam itu, sudah lama makam Mbah Nawawi menjadi tempat tapabrata dan lelaku bagi orang yang senang dengan ilmu-ilmu kanuragan.
“Kesaktian Mbah Nawawi sudah dikenal banyak orang. Bahkan setelah meninggal pun kesaktiannya masih sering ‘terasa’. Barangkali karena kesaksian itulah arwah Mbah Nawawi dipercaya bisa diturunkan kepada mereka,” kata Wahab.
Wahab mencontohkan, ketika terjadi banjir bandang sekitar delapan tahun lalu yang menenggelamkan area persawahan dan menjebol tanggul serta jembatan, makam Mbah Nawawi tidak tersentuh air sedikit pun. Terang saja makam itu jadi tempat pengungsian warga sekitarnya. Ketika Merapi datang ke sana, terdapat 8 orang yang masih menjalani tapabrata. “Makam ini bebas untuk siapa saja yang ingin mendapat ilmu dari Mbah Nawawi. Asal niatnya bersih tidak lama pasti akan mendapatkan apa yang diinginkan” tambah Wahab.
Belum lama makam Mbah Nawawi kedatangan buronan polisi dari Blitar. Kepada Wahab, TN (buronan itu) mengatakan ingin mendapat ilmu dari Mbah Nawawi. Karena memang tidak tahu bahwa TN residivis, Wahab pun menyilakan. TN kemudian masuk makam. “Kalau nggak salah pada hari keempat, sewaktu tidur saya terbangun mendengar orang teriak-teriak dari cungkup makam Mbah Nawawi. Ternyata yang menangis adalah TN,” jelas Wahab.
Menurut pengakuan TN, dia merasa didatangi arwah Mbah Nawawi dan menyarankan agar TN menyerahkan diri kepada aparat kepolisian. Tapi TN menolaknya. Entah diapakan oleh Mbah Nawawi, kepala TN babak bundhas.
Lebih jauh TN mengaku, bila tidak mau menyerahkan diri, siluman ular Mbah Nawawi akan meberi pelajaran pahit pada TN. Tapi kalau TN mau menyerah, kelak akan mendapat ajaran kanuragan dari Mbah Nawawi. Setelah TN menerima saran arwah Mbah Nawawi, keesokkan harinya pemuda setempat mengantar TN ke Polres Jombang untuk menyerahkan diri.
Jadi tidak sembarang orang bisa masuk Makam mbah Nawawi. “Orangnya harus bersih jiwa dan hati. Sebab ilmu Mbah Nawawi bukan ilmu hitam,” kata Wahab. Setiap malam Jumat Legi makam ini penuh peziarah, sampai tempat parkir kendaraan tidak mencukupi. Yang datang tidak hanya warga lokal, tapi juga dari Banten, Cirebon dan Banyuwangi. Daerah-daerah tersebut memang terkenal dengan kedahsyatan ilmu kanuragannya.
Kebanyakan peziarah datang dari berbagai perguruan beladiri. Yang dilakukan hanya sholawatan dan mujahadah bareng-bareng dekat areal makam Mbah Nawawi. “Biasanya, saat seperti itu Mbah Nawawi ‘muncul’ dengan jubah dan sorban hijau. Kadang pada malam-malam tertentu Mbah Nawawi ‘berjalan’ menggandeng dua putrinya. “Sering ada yang melihat ada kakek berjalan berkeliling makam menggandeng dua gadis. Itulah Mbah Nawawi,” tambah Wahab.