Rabu Pon, 27 November 2024
Secara umum, definisi kematian adalah ketiadaan hidup di, dunia, meskipun demikian, ada perbedaan definisi kematian dalam pandangan medis dan agama. Pada umumnya, dunia kedokteran menganggap seseorang dinyatakan mati apabiia jantung berhenti berdenyut. Berhentinya jantung menyebabkan seluruh aiiran darah di dalam tubuh berhenti. Maka dengan sendirinya, seluruh organ tubuh tidak lagi berfungsi. Pada saat itulah, seseorang dinyatakan mati atau meninggal dunia.
Berbeda halnya dengan pandangan agama seputar kematian. Dalam Islam, seseorang dinyatakan mati apabiia ruh keiuar dari jasad atau tubuh. Dengan kata lain, jasad atau tubuh dinyatakan hidup jika ada ruh di dalamnya. Hal itu sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta'aia dalam surat Aii Imran, ayat 185: "kullu nafsin dzaa-iqatul mawti (tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati)."
Sakaratul Maut Dari uraian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kehidupan manusia di dunia ini ditandai dengan adanya ruh di dalam tubuh. Apabila ruh terpisah dengan tubuh, maka manusia dinyatakan mati atau meninggal dunia. Tetapi persoalannya, kita tidak dapat mengetahui wujud ruh itu. Kita hanya mengatakan bahwa manusia dinyatakan mati apabiia organ-organ tubuhnya sudah tidak berfungsi lagi, seperti berhentinya detak jantung atau berhentinya aiiran darah. Tetapi riset kedokteran terbaru menunjukkan bahwa meskipun detak jantung berhenti, manusia belum bisa divonis mati karena besar kemungkinan, sel-sel saraf otaknya masih berfungsi baik. Dengan kata lain, jika jantung yang berhenti denyutnya itu bisa difungsikan kembali, maka bisa saja manusia tadi akan hidup kembali. Hal yang mirip dengan kondisi mati suri.
Lalu dimanakah persisnya seseorang itu dinyatakan mati atau meninggal dunia? Dalam kajian agama, kita mendengar istilah naza yaitu kondisi dimana Maiaikat Maut (Maiaikat izrail Alaihissaiam) sedang mencabut ruh manusia. Naza (pencabutan ruh) sebenarnya adalah ungkapan untuk menggambarkan sesuatu yang sangat menyakitkan (menyiksa) ruh. Naza berarti mencabut ruh dari semua anggota tubuh manusia. Ketika naza berlangsung, berarti semua anggota tubuh tanpa terkecuaii akan merasakan sakit. Keadaan saat naza ini biasa disebut juga sakaratul maut.
Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa saat naza, maiaikat Izrail Alaihissaiam datang mencabut ruh muiai dari ujung kaki, kemudian naik ke iutut. Dari iutut naik ke pangkai paha, lalu ke pusar terus ke bahu. Kemudian berlanjut ke leher, ke tenggorokan hingga terakhir di ubun-ubun. Ketika ruh telah keiuar dari ubun-ubun inilah, maka manusia dinyatakan meninggal dunia.
Dikisahkan, Rasulullah SAW ditanya tentang maut dan kedahsyatannya. Lantas Beiiau bersabda, "Sesungguhnya (sakaratul maut) yang paiing ringan adalah seperti duri yang ada di dalam buiu domba. Bukankah untuk mengeluarkan duri di dalam buiu domba(tidak akan bisa) kecuaii beserta buiunya juga?"
Rasulullah SAW menyebutkan tentang maut, sesuatu yang menyumbat kerongkongan dan rasa sakitnya. Beiiau SAW bersabda, "dia itu (sakaratul maut) seukuran tiga ratus pukuian pedang". Begitu dahsyatnya sakaratul maut, hingga Rasulullah SAW berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Zat Yang mengambil ruh dari antara urat syaraf, punggung dan jari jemari. Ya, Allah tolonglah hamba dalam kematian dan ringankanlah sakaratul maut untukku."
Diriwayatkan bahwa saat Rasulullah SAW sakit ketika menjeiang ajalnya, Beiiau SAW memiliki segeias air yang diietakkan disisinya. Beiiau SAW memasukkan tangannya ke dalam air kemudian diusapkan kewajahnya. Rasulullah SAW bersabda, "Ya, Allah ringankanlah sakaratul maut bagiku." se-sell Saraf Otak Sesuatu yang sangat penting ketika seseorang melihat proses sakaratul maut ini adalah sebagaimana hadits Rasulullah SAW : "taiqiniah (tuntuniah) orang-orang (yang akan) meninggal dunia di antara kalian dengan bacaan laa ilaaha ilallah" (HR.Musilm, Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah).
Hadits diatas menunjukkan bahwa sel-sel saraf otak manusia merupakan tempat terakhir keberadaaan ruh di dalam tubuh sebelum kemudian terpisah dari tubuh. Dalam keadaan demikian, Rasulullah SAW menganjurkan agar orang tersebut ditalqin membaca kalimat laa ilaaha illalloh. Hal itu menunjukkan, dalam proses maut itu, pada dasarnya kesadaran manusia masih utuh. Meski sebagian fisiknya tidak berfungsi lagi. Lalu bagaimana kita mengetahui bahwa orang tersebut sudah benar-benar meninggal dunia? Dalam hal ini, Rasul SAW bersabda, "Orang mukmin itu meninggal dunia dengan dahi berkeringat. "Saat-saat naza atau sakaratul maut merupakan saat paiing kritis dalam akhir hidup manusia. Karena pada saat naza itu, syetan berupaya sekuat tenaga untuk menyesatkan orang tersebut di penghujung usianya. Syetan berusaha agar orang yang sakaratul maut itu meninggal dalam keadaan suui khotimah (akhir yang buruk).
Itulah sebabnya, Rasulullah SAW menekankan betapa pentingnya kita mentalqin seseorang yang sedang sakaratul maut dengan kalimat tauhid. Hal itu agar orang yang sedang sakaratul maut itu meninggal dalam keadaan khusnul khotimah (akhir yang baik).
Harus diakui, uraian di atas membahas seputar ruh. Padahal pembahasan ruh memang tidak sesederhana itu. Sebagaimana ditunjukkan dalam Ai Qur'an surat Ai Isra, ayat 85, "Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."
Berkaitan dengan hal itu, Penulis menemui rekan bernama Rahman Guntur usai mengikuti pengajian Majelis Zikir Kafilah di Kalibaru, Cilincing. Penulis ingin tahu sejauh mana pandangan spiritualis muda ini tentang hasil riset kedokteran terbaru yang menyimpulkan bahwa seseorang yang detak jantungnya berhenti belum dapat dikatakan bahwa orang tersebut dinyatakan meninggal dunia (karena aiasan sel-sel saraf otak besar kemungkinan masih bekerja atau hidup).
Apa pendapat Anda seputar hasil riset itu?
Saya setuju dengan kesimpulan itu. Ketika jantung berhenti, sel-sel saraf otak masih bekerja. Hanya saja, saya tidak tahu pasti berapa lama sel-sel saraf otak itu masih bekerja setelah berhentinya detak jantung.
Lalu bagaimana batasan pasti seseorang dinyatakan meninggal dunia?
Berhentinya detak jantung tentu dapat diketahui dengan menyentuhnya. Begitu juga berhentinya aiiran darah dapat kita rasakan di bagian urat nadi dan urat di leher. Tetapi mengenai keadaan sel-sel saraf otak, tentu kita tidak mengetahui, kecuaii orang tersebut berada di rumah sakit dengan peralatan kedokteran yang lengkap. Meskipun demikian, seseorang yang memang benar-benar dinyatakan telah meninggal dunia, bisa juga teriihat dari boia matanya. Ketika Anda melihat orang yang baru saja dinyatakan meninggal dunia, cobalah membuka kelopak matanya. Tentu Anda akan mengetahui apakah orang itu benar-benar sudah meninggal atau belum.
Apakah ada tanda-tanda lain?
Dalam posisi tubuh dibaringkan, maka akan terasa panas tubuh orang tersebut berkurang hingga tubuh menjadi dingin. Bersamaan dengan itu, tubuh mengeluarkan keringat dari bagian atas tubuh ke bawah (dalam posisi tubuh berbaring). Beberapa jam kemudian, tubuh (jasad) mengeluarkan bau yang semakin lama semakin menyengat.
Apakah ada perbedaan dengan orang yang dinyatakan mati suri atau orang yang dinyatakan sudah meninggal dunia lalu bebeberapa jam kemudian hidup kembali?
Sejujurnya saya tidak mengetahui persis mengenai hal ini. Karena saya memang belum pernah menyaksikan secara langsung peristiwa ini. Saya hanya pernah mendengar bahwa sebelum orang yang dikatakan mati suri itu hendak dimakamkan, tiba-tiba tubuhnya menghangat dan kemudian fungsi tubuhnya normai kembali. Seperti berdenyutnya detak jantung dan deru nafas yang terdengar.
Apakah Anda memiliki pengalaman dengan orang yang menghadapi naza atau sakaratul maut?
Saya memiliki pengalaman beberapa tahun lalu. Ketika itu, saya diajak kerabat berkunjung ke sebuah rumah untuk melihat seorang pria berusia sepuh yang terbaring tidak sadarkan diri di tempat tidur selama tiga buian. Secara medis, orang tersebut dikatakan dalam keadaan koma. Hidup tidak, mati pun tidak. Saya sempat mendengar perbincangan anggota keluarga di rumah itu. Diantara yang saya dengar adalah bahwa orang yang sedang koma itu memiliki iimu mistik tertentu yang membuatnya suiit menemui ajal. Mereka sedang membahas cara-cara membuang iimu mistik tersebut. Sementara anggota keluarga yang lain membaca surat Yasin di dekat tempat tidur orang yang koma itu.
Melihat kondisi memprihatinkan pria sepuh itu, saya pun tergerak hendak mentalqinnya. Saya duduk di posisi kepaia dekat teiinga. Lalu saya membaca kalimat Laa ilaaha illallah secara berulang-ulang. Ketika itu waktu sekira pukui 10 maiam. Pada saat saya sedang membaca kalimat tauhid tersebut, tiba-tiba saya melihat peristiwa yang aneh. Tentu saja ini penglihatan batin saya. Saat itu, saya melihat ada 3 sosok mahkluk di sekitar posisi kepaia pria yang koma itu. Makhluk pertama berwujud sinar putih kemiiau. Tidak jeias wujud aslinya. Makhluk kedua berwujud pria berpakaian hitam-hitam mirip pakaian adat. Keduanya memiliki tinggi hampir sama, setinggi manusia normai. Sedangkan mahkluk ketiga berwujud manusia berkuiit hitam yang tubuhnya mengkilap seperti diberi minyak. Tinggi tubuh mahkluk ketiga ini hanya sejengkal.
Makhluk pertama dan mahkluk kedua itu seperti berdebat memperebutkan mahkluk ketiga untuk dibawa pergi. Saya hanya memerhatikan mereka sambii terus berzikir. Lalu saya iihat mahkluk berpakaian hitam-hitam itu yang berhasil membawa pergi mahkluk hitam berukuran sejengkal. Bersamaan dengan itu, saya mendengar suara tangis seisi rumah. Saya pun menghentikan zikir. Lalu saya iihat sekeliling ruangan. Ternyata mereka menangisi pria yang koma selama tiga buian itu. Setelah saya amati, ternyata pria itu sudah meninggal dunia. Ketika saya melihat jam tangan, waktu menunjukkan pukui 10.30 maiam. Itu berarti saya mengaiami penglihatan gaib sekitar setengah jam. Pria itu dikuburkan keesokan harinya.
Menurut Anda, siapakah ketiga mahkluk gaib itu? Dan apa kaitannya dengan pria yang koma?
Ketika menunggu proses pemakaman, saya berbincang-bincang dengan kerabat dari pria yang meninggal itu. Saya mencari tahu latar belakang kehidupannya. Ya, ini sekadar pendapat saya bahwa mahkluk kedua yang berwujud pria berpakaian hitam-hitam itu adalah jin milik leluhur dari pria yang koma itu. Sedangkan mahkluk kecil sejengkal itu adalah jin (khodam) dari pusaka yang pernah dimiliki oieh pria yang koma itu. Ketika pria berpakaian hitam-hitam itu membawa pergi mahkluk sejengkal itu, maka dengan sendirinya, jiwa pria yang koma itu ikut pergi bersama mahkluk pria berpakaian hitam-hitam.
Bagaimana dengan mahkluk pertama yang bersinar putih kemilau? Secara pastinya saya tidak tahu. Pendapat saya, makhluk bersinar putih kemilau itu jenis mahkluk gaib yang bertujuan baik terhadap jiwa pria yang koma itu. Mungkin mahkluk itu hendak membawa jiwa pria yang koma itu ke tempat yang baik pula. Tetapi upaya itu gagai karena ternyata yang berhasil membawa mahkluk berpakaian hitam-hitam.
Anda berbicara tentang jiwa pria yang koma itu dan bukan bicara ruh dari pria yang koma itu, mengapa?
Karena saya tidak berani membahas ruh. Tetapi saya yakin, perginya jiwa orang itu bersama mahkluk berpakaian hitam, bersamaan itu pula ruh pria tadi iepas dari jasad. Itulah yang membuat pria koma tadi meninggal dunia.