Rabu Pon, 27 November 2024
Minangkabau merupakan salah satu daerah yang kaya dengan mantra-mantra gaib. Salah satunya bersumber dari suku Malayu, salah satu subetnis Minangkau. Seperti halnya mantra gaib dari etnis Jawa maupun China, maka untuk dapat memperlajari mantra-mantra Melayu juga butuh lelaku yang tidak gampang. Banyak ritual yang harus dijalani sekaligus pantangan yang harus dihindari. Namun tidak semua orang bisa menggunakan mantra.
"Tidak semua orang bisa berhubungan dengan mantra. Hanya orang tertentu saja yang bisa bernubungan dengan mantra. Tentu saja orang tersebut telah tamat dalam mempeiajari suatu ilmu atau mantra dan mampu dalam memutus kaji (makrifat).
Walaupun seseorang telah sangat hapal bacaan suatu mantra namun jika belum putus kajinya, mantra itu tak akan berfungsi sama sekali," ujar tokoh adat dan pemuka Masyarakat suku Melayu H. Malik Karim yang bergelar Datuak Pangulu Dubalang Sati
Diterangkan Malik Karim, dalam mempelajari suatu mantra, seseorang harus punya keyakinan bahwa kaijinya akan putus. Satu contoh, air sungai pun jika kita bisa mengkajinya atau mampu konsentrasi penuh mengandaikan bahwa air sungai tesebut sebuah jembatan - tapi visuaiisasi harus benar-benar seakan nyata adanya bahwa itu adalah jembatan tempat kita lewati bukan sebagai air sungai, maka insya Allah kita bisa berjalan di atas air tersebut layaknya kita berjalan di atas tanah atau jembatan.
"tapi tentu saja semua itu butuh latihan dan ada mantra khusus untuk membangkitkan kekuatan visuaiisasi kita," tegas Malik Karim seraya menambahkan, tidak heran dalam kehidupan sehari-hari, orang Minang banyak menggunakan mantra untuk pengobatan, penetral racun diminuman, penunduk dll.
Namun apakah ada persyaratan khusus seseorang untuk mempelajari mantra tersebut? H. Malik Karim menjelaskan, dirinya akan menguraikan mantra terkait ilmu putih saja. Sebab banyak juga mantra hitam yang kadang masih digunakan seperti tinggam, biriang dan galang-galang. Jika ingin mempelajari mantra putih maka seseorang harus memiliki jiwa yang bersih dan berjanji tidak akan menyalahgunakan mantra tersebut.
Selain itu, dia juga harus menyiapkan beberapa syarat khusus seperti pisau dapur, kain sekabung, kemenyan dan sirih serta pinang. “Benda-benda tersebut digunakan untuk melimau sang calon murid atau istilah tenarnya ruwat,” ujar Malik Karim.
Seperti halnya mantra gaib dari daerah iain, maka untuk mempelajari mantra Malayu Minangkabau juga ada yang memerlukan puasa. Namun ada juga yang cukup dihapal dan tinggal dibaca dalam hati dengan penuh konsentrasi dan keyakinan saat akan digunakan. Di ranah Minang ada istiian batarak, batarak yaitu puasa. Puasanya pun beragam jnis, hampir sama dengan puasa mutih, ngelowong dan patigeni. Perbedaan orang yang melakukan batarak dengan patigeni adalah jika patigeni biasanya jika pantangannya dilanggar maka tidak akan memberikan efek apapun bagi sang pengamal kecuali gagal dan harus mengulang kembali dari awal. Tetapi kalau batarak tingkat tertentu jika pantangannya dilanggar akan menyebabkan kematian bagi sang guru atau murid.
Jika ilmu yang didapat sudah hampir tamat atau hendak memutus kaji, ujar Malik Karim, biasanya ada lelaku tertentu bagi sang murid agar dapat menguasai Keilimuan yang diajarkan si guru kepadanya. Contohnya daiam jangka sekian lama si murid diwajibkan untuk berpuasa dan mengurung diri atau bertapa di suatu ruangan (tempat) serta tak boleh bertemu dengan sang guru sampai batas waktu tertentu. Jika dilanggar bisa mengakibatkan salah satu dari mereka meninggai dunia, karena semua mantra itu memiliki akuan (khodam) yang berbeda dan mempunyai tingkatan. Tapi itu hanya sebagian, karena tidak semua ilmu atau mantra mempunyai efek samping dalam memutus kaji.
Istilah Tasapoh atau kesambet makhluk halus juga akrab di tengah masyarakat Minang. Menurut Malik Karim, masyarakat masih mempercayai jika penyakit itu ulah makhluk halus yang merasa terganggu oleh manusia. “Tasapoh bisa menimpa siapa saja, baik orang dewasa ataupun anak-anak," tandas Datuk Pangulu Dubalang Sati.
Pada kesempatan itu, Malik Karim juga memberikan satu contoh mantra Malayu Mingkabau yang sakti tanpa harus puasa. Mantra ini multi fungsi, terutama untuk kedigdayaan, wibawa dan pagaran badan serta pengobatan. Berikut nukilannya, tapi tanpa kunci pembukanya untuk menjaga kesakraian mantra tersebut:
"Bismilahirrohmanirohim
Ya Allah Ya Allah Ya Sayidi
Ya Robbul Alamin
Barokat Mokah Jo Madinah
Barokat Tuangku Di Pulau Nan Duo
Nan Balayia Dilapiak Buntak
Nan Batapa Ka Tanah Siku
Barokat Tuhan Guru Aku
Nan Manikam Batu
Tuhan Bapak Simalangsang
Nan Batompek Sambia Ka Ateh Pincuran Nan Gadang
Makabulah Doa Aku
Barokat Kulimah Lailahaillallah"