Rabu Pon, 27 November 2024
Para jin penunggu harta karun meminta tumbal "ayam sepetarangan" atau yang biasa diartikan tumbal manusia yang sedang hamil sebanyak tiga orang. Seolah tak mempedulikan hal ini, para pemburu harta itu tetap menyanggupinya. Apa yang terjadi kemudian...?
Peristiwa misterius yang saya alami ini terjadi di awal tahun silam. Waktu itu saya tinggal di sebuah kota kecil di daerah pinggiran kota Medan, tepatnya di Kota Kisaran. Lingkungan tempat tinggal saya merupakan lingkungan yang aman dan tentram. Tetapi rasa aman dan tentram itu tiba-tiba saja terusik oleh kelakuan orang-orang yang serakah dan tidak bertanggung jawab. Orang-orang serakah yang saya maksudkan di sini adalah mereka yang berusaha mengambil dengan paksa harta karun dan pusaka gaib yang ada dilingkungan tempat tinggalku. Ulah mereka inilah yang kemudian menyebahkan kemarahan para penunggu gaib di daerah tersebut.
Mereka sangat marah karena daerah kekuasaannya telah diusik. Para jin-jin yang berkuasa di daerah tersebut menuntut tumbal jika harta dan pusaka tersebut ingin diambil. Celakanya, manusia-manusia serakah itu malah menyanggupi persyaratan yang diajukan oleh para jin tersebut. Mungkin karena hati mereka telah tertutup oleh kilau dunia, sehingga nurani mereka telah gelap dikuasai oleh iblis. Walaupun para jin tersebut meminta tumbal "ayam sepetarangan" atau yang biasa diartikan mereka meminta tumbal manusia yang sedang mengandung atau wanita hamil sebanyak tiga orang. Seolah tak mempedulikan hal ini, para pemburu harta itu tetap menyanggupinya.
Akhirnya, hal yang sangat menakutkan itupun terjadilah. Tanpa sebab yang jelas salah seorang tetanggaku yang sedang mengandung tiba-tiba meninggal dunia tanpa diketahui penyebabnya. Usia kandungan Ibu Imah, sebutlah begitu, memang sudah berumur hampir jalan sebelas bulan. Sebelum kematiannya, Pak Juan, suami Ibu Imah baru saja membawa istri tercintanya memeriksa kandungannya ke dokter spesialis kandungan, dan dokter mengatakan bahwa lbu Imah dan anak yang dikandung sehat-sehat saja, tidak ada kelainan sama sekali. Tetapi Allah berkehendak lain. Akhirnya Ibu Imah meninggal dunia di sebuah RS. Bersalin, dan ia tutup usia dipangkuan sang suami tercinta. Bu Imah meninggal dengan membawa serta bayi yang dikandungnya.
Setelah kematian Ibu Imah, lingkungan tempat tinggalku berubah sunyi mencekam. Malam terasa lebih panjang, dan diluaran sana hanya suara jangkrik yang terdengar saling bersahutan. Para warga ketakutan untuk keluar rumah bila malam tiba. Maklum saja, tersebar isu bahwa arwah Ibu Imah gentayangan. Tetapi pada kenyataannya hal itu tidak benar. Isu itu sengaja ditebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mengacaukan suasana.
Sebulan setelah kematian Ibu Imah, kembali lagi musibah yang sama terjadi. Kali ini menimpa salah seorang tetanggaku, yang sebut saja bemama Bu Butet. Dia meninggal dalam keadaan mengandung juga. Usia kandungannya berumur delapan bulan. Sebelum kematiannya, sore itu Bu Butet mengalami kesurupan, sampai keluarganya harus mendatangkan orang pintar. Selepas sholat mahgrib, orang pintar yang sebut saja bernama pak Nazarrudin baru tiba di rumah Bu Butet. Kemudian dia melihat keadaan Bu Butet yang terus saja mencercau bahwa ada orang tinggi besar yang ingin membawanya. Pak Nazarrudin kemudian meminta segelas air putih kepada suami Bu Butet. Setelah dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an kemudian air itu diminumkan pada Bu Butet. Tidak berapa lama kemudian keadaan bu Butet kembali tenang dan normal. Sebelum pulang Pak Nazarrudin berpesan kepada suami Bu Butet agar menjaga istrinya baik-baik. Namun malang sekali, keesokkan paginya tepat pukul 10 pagi, warga mendapat kabar bahwa Bu Butet meninggal dunia. Ibu malang ini meninggal dengan membawa serta bayi yang dikandungnya. Setelah kematian Bu Butet, berarti tinggal satu nyawa lagi yang harus menjadi tumbal. Tetapi sebelum semua itu terjadi, akhimya misteri kematian itu terjawab juga. Bak kata pepatah, "sepandai-pandainya menyimpan bangkai akhirnya tercium juga".
Hal tersebut terungkap setelah suami almarhumah Ibu Imah yang berprofesi sebagai tukang ojek membawa penumpang seorang kakek.
Si kakek tersebut bertanya pada Pak Juan, "anak tinggalnya di mana?"
"Saya tinggal dijalan Kartini, Kek!"
"Kakek minta pada Nak Juan untuk menyampaikan pesan pada orang-orang di kampung Nak Juan, agar mereka melakukan tolak bala."
"Memangnya ada apa, Kek?"
"Begini, ada orang-orang yang berhati iblis yang berusaha mengambil benda-benda pusaka yang ada di kampung tersebut. Dan syarat untuk mengambil benda pusaka tersebut ialah dengan menumbalkan nyawa manusia. Jika mereka tidak tau melakukan tolak bala, sebaiknya Nak Juan pindah saja dari kampung itu."
Setelah menerima pesan ini, akhimya Pak Juan menyampaikan hal tersebut kepada para warga. Namun warga ada yang percaya dan ada yang tidak percaya. Bagi warga yang percaya akhimya mau juga melakukan tolak bala setelah melihat kenyataan yang terjadi. Sebab setelah Pak Juan menceritakan hal tersebut, satu persatu korban berjatuhan, tanpa mandang usia. Bahkan kakek pak Juan sendiri juga menjadi korbannya. Setelah diperhatikan jarak kematian mereka masing-masing 40 hari sekali. Malam itu, di malam minggu bulan Mei, para warga melakukan acara tolak bala, walaupun mereka tidak tahu apa yang diinginkan oleh para gaib.
Para warga melakukan doa bersama, dengan membaca Tahlil, Tahmid dan doa tolak bala. Malam itu saya tidak dapat mengikuti acara tolak bala, karena merasa penasaran dan saya ingin tahu apa yang sebenamya terjadi di kampungku. Saya pergi ke rumah seorang teman yang mengerti masalah gaib, yang sebut saja bemama Bang Ahmad. Dari hasil terawangan Bang Ahmad akhirnya jelaslah semua masalah yang terjadi. Bang Ahmad menceritakan yang menjadi penyebab masalah tersebut seperti yang saya ceritakan di depan tadi. Para gaib penunggu pusaka tersebut hanya mau menghentikan aksinya jika mereka diberi tumbal dua ekor kepala kambing. Tetapi Bang Ahmad tidak mau menyerah begitu saja pada mereka. Setelah melakukan perundingan dan negosiasi yang, sangat alot, akhirnya dihasilkan keputusan bahwa mereka mau menghentikan aksinya jika mereka diberi tumbal 4 butir telur angsa yang tidak jadi, kuntum bunga yang gugur sebelum berkembang 3 macam, minyak air mata duyung yang asli 1 botol dan jeruk purut 2 buah.
Bang Ahmad berpesan kepada saya agar seluruh bahan tersebut segera diserahkan kepadanya sebelum bulan purnama. Syukur Alhamdulilah sebelum purnama semua bahan-bahan tersebut sudah dapat saya serahkan pada Bang Ahmad. Kemudian pada malam harinya, tepat tengah malam dengan disaksikan gelapnya malam yang terasa dingin mencekam, ritual penanaman tumbal itu dilakukan. Penanaman tumbal itu sengaja dilakukan Bang Ahmad dari jarak jauh. Hal ini dilakukan untuk menghindari kecurigaan para warga yang sedang terusik lingkungannya. Setelah selesai, saya liat Bang Ahmad sangat keletihan, hampir seluruh kemampuan yang ia miliki dikerahkan semuanya. Puji syukur kepada Allah atas pertolongan dan ridhoNya-lah akhirnya masalah ini dapat teratasi. Alhamdulillah kampung kami kembali aman seperti semula. Ini merupakan pelajaran bagi, kita semua bahwa kebathilan dan kemungkaran tidak akan pernah menang melawan kebaikan.