Rabu Pon, 27 November 2024
Aura mistis langsung menyergap ketika kita masuk ke Goa Gong di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, 37 kilometer dari Kota Pacitan. Pancaran cahaya wama-wami menyilaukan pandangan sehingga mata kita tidak akan mampu mengenali detailnya. Jika menatapnya terlalu lama, kita akan merasakan adanya aliran kekuatan mistis yang merasuk dalam tubuh. "Sinar wama-waml itu berasal dari pakaian ratu jin," ujar Mbah Jo, sapaan laki-laki tua yang memandu saya menyusuri Goa Gong. Sepintas pemandangan dalam goa itu memang biasa-biasa saja. namun setelah diperhatikan lebih seksama, tampak beberapa siluet membentuk sosok aneh. Menurut Mbah Jo, siluet itu berasal dari tubuh ratu jin yang tersamar cahaya dari pakaiannya. ”Jangan terlalu lama (menatapnya)," pesan Mbah Jo, serius. "Dia bisa marah sehingga kita tidak bisa keluar dari sini."
Ucapan Mbah J0 ada benamya. Ketika saya yang penasaran dengan slluet di dindlng goa, mencoba mencari tahu Iebih dekat, siluet itu bergeser ke tempat yang lebih tinggi. Hanya permukaan bebatuan beku yang terpegang tangan. ”Jika ingin melihat penampakkannya secara jelas, sebaiknya dilakukan ritual terlebih dahulu, untuk minta izin,” saran Mbah Jo. Meski bukan pemandu resmi, namun laki-laki sepuh itu memang memiliki ketajaman mata batin alias indera ke enam. Selain seram, Goa Gong memiliki keunikan yang terletak pada stalaktlt dan stalakmit. Pada saat-saat tertentu akan terdengar bunyi gamelan yang didominasi suara gong sehingga goa itu dinamai Goa Gong. Suara-suara itu sangat nyata dan dapat didengar oleh warga yang tinggal di sekitar goa. Bahkan hingga radius beberapa ratus meter. ”Pada saat-saat tertentu para danyang menghibur ratu jin sehingga terdengar bunyi game|an," ujar Mbah Jo menerangkan suara-suara misterius di dalam goa tersebut. Warga sekitar pun mengakui adanya suara dari dalam goa sehingga Goa Gong dianggap angker.
Berdasarkan cerita turun-temurun, Goa Gong ditemukan dua sesepuh Desa Bomo, Mbah Noyo Soemito serta Mbah Joyo Rejo, pada 1924. Kala itu, kekeringan tengah melanda Pacitan. Dan kedua lelaki itu bertapa dalam Goa Gong hingga menemukan empat mata air. Namun, sepeninggal Mbah Noyo, Goa Gong tidak pemah lagi disinggahi penduduk. Baru pada 5 Maret 1995, masyarakat setempat kembali mencari keberadaan gua. Dalam buku panduan diterangkan, salah satu warga bemama Wakino menuturkan, awalnya dia mendengar cerita dari ayahnya tentang gua yang ditemukan kakeknya. Wakino merupakan cucu Mbah Noyo, pinisepuh setempat yang dianggap sebagai penemu Goa Gong. Setelah mendengar cerita itu, Wakino kemudian mengajak beberapa orang untuk mencari gua itu.
Proses pembentukan stalaktit dan stalakmit batu kapur itu sangatlah lama sampai membuatnya berupa seperti batu marmer dan kristal. Bentuk ornamen stalaktit dan stalakmit yang unik dan beragam itu menambah keindahan gua. Stalaktit dan stalakmit yang menimbulkan suara gong, di antaranya Selo Citro Tirto Agung dan Senden Bumi. Pada tahun 1996, Pemerintah Kabupaten Pacitan membangun fasilitas tangga jalan, pagar, lampu penerangan, dan mesin pendingin ruangan. Namun, bentuk gua yang menjorok jauh serta curam ke dalam membuat udara sangat pengap dan lembab. Karena itu, pengunjung harus mengatur napas Kala menyusurinya. Apalagi jalan setapaknya licin dan basah. Goa Gong hanya memlliki satu akses pintu masuk dan keluar. Dengan demikian, pengunjung harus berjalan melalui rute satu arah memutar, mulai dari pintu masuk sampai keluar. Ruang tengah dan ujung gua bentuknya cukup luas dan menjorok. Semakln ke ujung gua, semakin ke bawah.
Ada satu lorong goa berwama kemerahan yang tidak boleh di masuki pengunjung. Meski alasannya karena lorongnya terlalu sempit dan minim oksigen, namun Mbah J0 punya cerita lain. “ltu akses menuju kamar ratu. Tidak sembarang orang boleh memasukinya," ujar Mbah Jo. Dia menyesalkan adanya larangan untuk melakukan ritual di dalam goa. ”Dulu banyak yang melakukan ritual di sini. Tetapi setelah diresmikan menjadi tempat wisata, tidak ada lagi yang melakukan ritual. Soalnya dllarang, meski tidak tertulis," kata Mbah Jo. Padahal, menurut Mbah Jo, Goa Gong merupakan salah satu tempat yang paling ideal untuk melakukan ritual pesugihan, dan juga kemuliaan. Bagaimana tidak. Goa Gong adalah pusat sekaligus rumah ratu jin sehingga pelaku ritual bisa langsung bertemu dengan ratu jin selaku tuan rumahnya. “Kalau mau ritual untuk kenaikan pangkat atau sekedar meminta kekayaan, dl sini pusatnya, selain di Laut Selatan," kata Mbah Jo.
Beberapa pengunjung Goa Gong memang ada yang diam-diam melakukan ritual tertentu. Ada yang terlihat tengah berdoa secara khusyu di balik salah satu dinding goa. Tidak lama kemudian dia menebarkan sesuai, seperti abu. Saya yang mencoba bertanya, tidak mendapat jawaban. Dia buru~buru keluar karena takut aksinya diketahui. “Dia sudah melakukan ritual sejak di rumah. Tadi hanya membuang syaratnya saja," kata Mbah Jo. Selain untuk ritual, air dalam goa juga memiliki khasiat ampuh untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. "Ada tiga sumber air di dalam goa memiliki khasiat tersendiri. Khasiat tersebut antara lain bisa membuang kesialan, jampiraga (jamu) bisa menyembuhkan penyakit. Air berkhasiat itu bisa merukunkan kehidupan rumah tangga," terang Mbah Jo.
Menurut dia, beberapa warga sekitar masih mencoba mengambil air dari dalam goa meski dengan cara sembunyi-sembunyi. ”Maunya dimanfaatkan untuk wisata sekaligus memperhatikan kepercayaan warga. Kalau apa-apa dilarang, padahal warga membutuhkannya, warga jadi enggan untuk ikut merawat,” ujar Mbah Jo. Memang seharusnya pemerintah daerah tetap memberi ”ruang” terkait adanya berbagai kepercayaan yang tumbuh di Goa Gong. Jika semua dilarang, akhirnya keindahan Goa Gong hanya berupa benda mati yang tidak rnemiliki ikatan apapun dengan warga sekitar.