Rabu Pon, 27 November 2024
Orang tidak pernah menyangka kalau sebuah sumber mata air kecil yang berada di pinggir hamparan sawah yang disampingnya terdapat sungai kecil ini menjadi tempat mencari Pesugihan Nyi Blorong. Tempat ini berada di Desa Sekaran, Klaten. Perjalanan ke arah tempat pemujaan ini harus melewati sebuah hamparan pematang sawah yang sangat luas, diperlukan ekstra hati hati pada saat akan melewatinya, apalagi pada saat musim hujan tiba, jalan di pematang sawah yang akan menuju ke tempat mencari kekayaan dengan cara kesesatan ini sangat sulit dilalui. Tempat yang dalam kasat mata merupakan sumber mata air yang berada di sebuah lereng sungai yang banyak di tumbuhi pepohonan yang sangat rindang ini adalah sebuah Karaton Nyi Blorong yang dijadikan tempat untuk meminta kekayaan.
Sumber mata air ini dalam pandangan spritual Agus Sugiyono (48th) paranormal sekaligus sebagai tokoh spiritual Desa Sekaran merupakan Pendopo Ageng Karaton Nyi Blorong. Para pencari pesugihan ini pada saat pertama kali mengajukan permohonan pemujaan terlebih dulu harus berada di sumber mata air ini. Sumber mata air ini merupakan Sitihinggil Pisowanan (tempat menunggu tamu) Keraton Nyi Blorong. Konon sumber mata air ini dulunya sangat besar sekali, sumber airnya yang keluar dari tanah, bahkan dipercaya air yang keluar dari mata air ini mampu menjadikan daerah sekitarnya menjadi Danau. Oleh salah seorang Punggawa Keraton Solo, sumber mata air ini di tutup dengan Gong agar air yang keluar dari sumber mata air ini menjadi rembesan mata air, dengan harapan masyarakat sekitar tidak tenggelam dalam Danau yang bersumber dari mata air Sekaran.
Dengan dibarengi doa dan ritual sesajian, akhirnya sumber mata air itu berhasil di tutup oleh punggawa Keraton Surakarta dengan menggunakan sebuah Gong. Sumber mata air ini akhirnya menjadi wingit dan angker, tiap malam Jumat seringkali dari kejauhan terdengar lantunan gending wayang kulit, suara pagelaran Wayang Kulit ini sering kali terdengar di sumber mata air yang pernah ditutup dengan menggunakan Gong oleh punggawa Karaton Solo, yang kini tempat itu oleh masyarakat Sekaran disebut "Sumber Ngetuk". Selain di huni makhluk gaib jin, tempat di sekitar Sumber Ngetuk ini juga banyak ularnya, bahkan ular-ular yang banyak berada di daerah ini kebanyakan ular siluman yang sudah ber Jamang (mahkota), ular siluman ini dalam dunia gaib mempunyai aura kekuatan mistis yang sangat luar biasa sebagai pemujaan kekayaan, ular-ular berjamang ini tak lain adalah Blorong.
Tak hanya para pencari pesugihan yang datang ke tempat ini, para pelaku ritual yang datang ketempat ini tak jarang juga mencari pelarisan dagangan yang bersumber dari pemujaan di tempat ini. Kebanyakan para pelaku ritual ini datang pada malam Jumat Kliwon maupun Selasa Kliwon dengan membawa sesaji yang telah dipersiapkan sebelumnya dari rumah. Kekayaan harta gaib yang berada di Keraton Blorong di Sumber Ngetuk ini sangat banyak sekali melebihi kekayaan tennpat-tempat pemujaan pesugihan lainya, bahkan tempat pemujaan pesugihan Kaligawe di daerah Klaten kekayaanya tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kekayaan Sumber Ngetuk, namun ketenaran Sumber Ngetuk tidak sebanding dengan ketenaran Kaligawe.
Para pelaku ritual pada saat pertama kali akan melakukan upacara pemujaan ini harus menyiapkan sesaji berupa kendil yang berisi air setaman, selain mempersiapkan sesaji para pelaku ritual terlebih dahulu harus melakukan puasa mutih selama 7 hari di Sumber Ngetuk, selama menjalankan puasa mutih tujuh hari tujuh malam ini para pelaku ritual harus kuat menahan segala godaan. Apabila dalam laku ritual ini nantinya diterima oleh Nyi Blorong, maka akan terlihat seekor kunang-kunang yang terbang masuk ke dalam wadah kendil yang berisi air setaman tadi, kunang-kunang ini akan berubah wujud menjadi seorang putri yang akan memberikan segala keinginan pemujanya, entah keinginan pesugihan maupun pelarisan semua tergantung dari niat para pelaku ritual. Selama dalam pertemuan awal ini, putri yang tak lain siluman Blorong ini akan meminta segala persyaratan atau sesaji yang nantinya akan dipergunakan untuk ritual tahap berikutnya, setelah sebelumnya terjadi kesepakan perjanjian persembahan dengan siluman Blorong. Sementara itu sesaji yang diminta oleh Blorong biasanya berupa ayam cemani, telur banyak (itik), bunga 7 warna dan buah-buahan. Sesaji-sesaji ini nantinya akan dipersembahkan sebagai mas kawin pada saat menerima kekayaan pertama kali dari pemujaan Blorong, namun yang pasti haruslah mengorbankan nyawa seseorang yang amat dicintai sebagai tumbal sesembahan dalam ritual pesugihan mencari kekayaan levvat pemujaan Blorong.
Para pelaku ritual di Sumber Ngetuk ini pada saat akan menerima uang gaib dari pemujaaan Blorong, biasanya akan disuruh pergi ke Pantai Selamaran Pekalongan. Pantai Selamaran ini bagi siluman Blorong yang ada di Umbul Ngetuk merupakan bank gaib, tempat penyimpanan uang bagi para siluman. Oleh karena itu para pelaku ritual pencari pesugihan di Sumber Ngetuk diharuskan melakukan persembahan di Pantai Selamaran setelah ritual tahap awal yang merupakan kontrak perjanjian dengan Blorong telah disepakati. Tak hanya para pencari pesugihan yang melakukan ritual di Sumber Ngetuk, ada juga sebagian para pencari pelarisan datang ke Sumber Ngetuk untuk memohon agar usahanya dalam berdagang laris. Dalam ritual pelarisan ini waktu yang dipergunakan untuk menjalankan puasa mutih paling hanya 3 hari, namun sesaji awal dalam ritual tahap pertama juga sama, yaitu menyiapkan kendil yang berisi air setaman. Pada saat pertama kali ditemui oleh Blorong para pelaku ritual ini akan diminta menyiapkan segala persyaratan sebagai mas kawin dan menyiapkan sarana yang nantinya akan dijadikan sebagai pegangan dalam berdagang. Salah satu sarana yang pernah diminta oleh Blorong di Sumber Ngetuk ini adalah Intip (nasi gosong sisa penanakan).
Setelah Intip ini dipersiapkan dikemudian harinya, para pelaku ritual pelarisan ini membawa Intip ke Sumber Ngetuk untuk dijadikan sesaji, yang mana nantinya intip ini akan menjadi sarana dalam memperoleh pelarisan. Setelah persembahan Intip selesai, pelaku ritual akan menggantungkan intip bekas sesaji Blorong ini di samping daganganya agar semua dagangan yang dijual laris. Intip ini nantinya akan diganti dengan yang baru setelah tiba waktunya, namun Intip yang akan dipergunakan sebagai ganti Intip yang lama terlebih dulu tetap harus disesajikan ke Sumber Ngetuk. Sedangkan para pelaku pemujaan pesugihan Blorong ini harus mempersiapkan satu kamar khusus sebagai tempat pemujaan sekaligus sebagai sarana interaksi dengan Nyi Blorong.
Para pelaku ritual yang datang untuk mencari kekayaan di Sumber Ngetuk ini seringkali di ingatkan oleh Agus Sugiyono, tokoh spiritual sekaligus warga Sekaran ini selalu mengingatkan bahwa apa yang diinginkan para pencari kekayaan lewat pemujaan gaib ini adalah sebuah perbuatan dosa yang amat besar dan menjadi larangan agama manapun. Selain perbuatan musryik pemujaan pesugihan juga mengorbankan nyawa seseorang sebagai persembahan ini adalah perbuatan yang sangat di laknat oleh Tuhan. Kelak apabila sang pemuja pesugihan ini mati, maka sang pemuja pesugihan akan dijadikan sebagai pengganti tumbal yang telah dikorbankan sebagai persembahan pemujaan, dan harus menjalani siksa akhirat sampai dengan hari kiamat, bahkan sebelum hari akhir ini datang, para pemuja pesugihan akan di jadikan pagar manusia di tempat dirinya memuja pesugihan dengan disiksa terus menerus sampai dengan kiamat datang.