Rabu Pon, 27 November 2024
Mendadak heboh, sebuah kardus yang ditinggalkan entah oleh siapa lalu membuat ketakutan banyak orang, diduga itu adalah bom, di depan sebuah ruko tak jauh dari gerbang kantor kejaksaan kota itu. Warga berderet-deret berdiri menonton di luar garis yang baru saja dibikin polisi. Masih terbayang jelas di mata warga bom meledak saat hendak dijinakkan beberapa hari lalu di televisi.
Sore makin cepat gelap bersama gerimis jatuh. Tim penjinak bom dari kota belum juga datang, mungkin kena macet. Beberapa laki-laki di bawah pohon beringin tak segera beranjak ketika gerimis menderas, mereka ingin segera tahu apa isi kardus itu. Ada yang mulai memakai jas hujan, menutup kepala dengan jaket, surat kabar, plastik keresek. Seseorang yang memakai jaket hitam, rnenutup kepala dengan penutup wajah ciri khas kelompok teroris muncul entah dari mana, di balik penutup wajah yang cuma terlinat mata, tampak ia mengawasi dan berjalan berkeliling.
"Tebakan yuk apa yang ada di dalam lordus itu? Bom, mayat bayi, atau bangkai kucing?" tanya seseorang di kerumunan yang langsung disambut dengan antusias rekannya, mereka sepertinya sudah saling kenal, mungkin mereka para pedagang yang membuka lapak di sekitar pinggir jalan itu.
"Kardusnya bagus, direncanakan, bisa jadi isinya benar benar bom." "Bisa aja bayi, bangkai kucing. Tapi kalau bom kenapa nggak meledak aja sekalian biar rame!"+
"Hus," sergah orang di sampingnya yang memakai jas hujan.
"Jangan berdoa kayak gitu, jangan-jangan situ yang naruh kardus itu ya?"
"Wah, aku cuma bercanda, hati-hati nuduh, di sekitar sini pasti banyak intel berkeliaran, aku nggak mau disangka teroris."
"Bener itu pasti cuma bangkai kucing atau bayi," kata yang lainnya lagi dengan yakin membenarkan ucapan temannya, seolah membuang mayat bayi adalah pekerjaan yang mudah saja seperti membuang sampah.
Tiba-tiba orang yang memakai penutup kepala seperti pasukan teroris itu mendekati mereka, lalu dia berkata: "Tapi aku yakin itu isinya pasti k...e...p...a...l...a!" Semua orang langsung menoleh kepadanya, tekanan suaranya jelas dan tegas, tapi asing dan tak pernah mereka dengar selama ini di kaki lima itu.+
"Kepala apa? Kepala kan banyak?" tanya seorang lelaki kekar yang tangannya penuh tatto, ucapan lelaki berpenutup wajah itu membuatnya terusik. "Kepala manusia!" jawabnya dengan yakin.
"Kepala manusia?" "Ya, bisa saja kan, sebelum kardus itu dibuka kita mana tahu."
Laki laki bertatto diam, dalam hati dia membenarkan. "Jangan-jangan cuma buah busuk, kan ini cuma teror buat nakut-nakutin."
"Ah dasar tukang buah lu," ledek temannya menertawai.
"Otak lu isinya nggak jauh dari papaya!"
"Tapi aku yakin kardus itu berisi salah satu potongan jasad manusia, dan itu adalah potongan kepalanya, kepala seorang laki laki..."
Lagi-lagi si berpenutup wajah bikin orang-orang langsung menoleh ke arahnya. "Lihat, ada beberapa ekor laler di dekat kardus itu, mana mungkin Bom dideketin laler."
"Bisa jadi mutilasi mayat. Tapi saya berpikir tidak sejauh itu, kalaupun itu jasad, paling jasad kucing, ayam, atau paling sial ya mayat bayi."
"Ya memang yang paling sial ada hubungannya dengan mayat manusia, karena yang melakukannya pasti teramat sadis dan keji," tambah lelaki berpenutup wajah itu lagi.
"Aku setuju, mudah-mudahan di kardus itu benar potongan mayat." "Kardus berisi sampah saja kalau dicurigai bisa ramai apalagi berisi mayat," rekannya menimpali.
Suasana yang tadi senja kelam sudah benar-benar jadi malam. Lampu lampu pedagang yang membuka lapak diarankan ke kardus dari luar batas garis Polisi, seperti akan ada pertandingan seru yang ditunggu untuk ditonton. Dari kejauhan terdengar sirine, kerumunan lalu berdengung sibuk. Tak lama kemudian mobil patroli Pottsi muncul di tikungan jalan, lalu diikuti sebuah truk berisi beberapa orang pasukan penjinak bom.
Orang-orang tadi yang seperti akan melihat pertandingan seru kini benar benar menonton serius, dua orang Metal Detector segera memakai seragam pelindung dan kepala hingga kaki membuatnya seperti astronot. Mereka langsung fokus ke arah kardus seukuran kotak mie instan itu, kardus yang polos tanpa tulisan atau merek apa pun, kardus yang masih baru.
Dengan cermat pasukan penjinak bom dan beberapa orang Polisi bekerja, beberapa orang berpakaian preman yang turun dari mobil patroli juga terlihat menyusuri kerumunan orang-orang sekiranya ada yang mereka curigai, salah satunya membawa seekor anjing hitam tinggi besar. Ternyata Metal Detector berbunyi ketika kardus itu didekati, pertanda kardus berisi benda logam, artinya kemungkinan besar bom, dan kalau bom tentu saja bisa meledak.
Para penjinak bom siaga, kerumunan masa melangkah mundur. Petugas penjinak bom dan Polisi bekerja serius, tapi karena metal detector sudah berbunyi pertanda ada logam dalam kardus, mereka akan meledakkannya segera. Setelah sekitar hampir sepuluh menit petugas tak jadi meledakkan kardus itu di dalam parit, tapi akan membukanya karena kemungkinan besar cuma berisi benda yang tidak berbahaya walau ada logam di dalamnya.
Dengan hati-hati dua petugas metal detector itu mendekat dan membuka kardus, dua petugas berseragam itu kemudian saling berpandangan, lalu segera membuka penutup kepala mereka masing masing. Tampaknya aman, pekerjaan sudah selesai. Tapi apa isi kardus itu? Beberapa kamera televisi segera mendekat, beberapa warga juga.
Ternyata isi kardus itu cuma kepaia seekor anjing, kepala dari seekor anjing hitam yang besar dengan lidah menjulur keluar seperti orang habis gantung diri, metal detector berbunyi karena di leher anjing itu masih terikat rantai yang cukup besar. Seketika kerumunan saling mengomentari merasa waktu yang mereka habiskan di situ sejak tadi sia sia, tapi banyak kerumunan yang penasaran ingin melihat seperti apa kepala anjing hitam yang besar itu.
"Hh cuma kepala anjing, tebakan orang itu hampir benar, tapi dia bilang tadi kepala manusia?"
"Aku dong yang hampir benar, kubilang tadi kalo nggak mayat bayi ya kucing, eh ternyata anjing, sama aja kan. Sama sama binatang."
Si lelaki berpenutup wajah lalu kemudian tanpa basa basi pergi begitu saja. Salah seorang yang tadi ikut menebak isi kardus kesal dan ingin meminta rokok kepada lelaki itu karena apa yang dikatakannya jauh meleset, benarnya cuma sama sama "Kepala" saja, dia segera bergegas mendekati lelaki itu, diikuti rekan-rekannya yang lain seperti di komando, sebelumnya mereka tak pernah mendengar suara asing lelaki berpenutup wajah itu, mereka penasaran dan curiga bahwa dia adalah teroris dan mereka ingin tahu seperti apa wajahnya.
"Hei Bung, uang rokoknya dong, nggak sopan lu," hardik yang paling muda dan kekar di antara mereka yang tangannya dipenuhi Tatto. Lelaki berpenutup wajah itu terus bergegas hingga tiba di bawah sebuah pohon beringin yang rindang, suasana di bawah pohon beringin itu gelap, hanya sedikit penerangan dari lampu-lampu pinggir jalan yang menerobos dedaunan.
"Hei Bung, jelaskan siapa Anda yang sebenarnya!" Hardik lelaki bertatto.
Lelaki berpenutup wajah itu memandang satu persatu orang-orang yang dengan cepat mengellinginya, dia tahu mereka pasti ingin memerasnya ketimbang mengetahui siapa dirinya.
"Lu kalah Bung, tebakan lu meleset jauh, kepala anjing dibilang kepala manusia, dasar tolol," maki si Preman sengaja memancing kemarahan lelaki itu.
"Memangnya kenapa? Kepala itu adalah kepala gua sendiri," kata lelaki itu keras.
"Edan, tambah banyak orang sinting rupanya, tapi sudah sinting mau ngetop pula! Yang kira-kira dong kalo bohong, itu kepala anjing Bung! Bukan kepala manusia! Situ harus bayar seratus ribu!"
"Kalo gua bilang gua adalah dia, Anda semua mau apa? Anda tak percaya? Oke baiklah." Lelaki itu lalu menarik penutup wajahnya ke atas. "Ayo buka topeng lu cepat, lu pasti oramg yang lagi dicari-cari polisi!" hardik salah seorang lelaki teman si preman dengan semangat.
"Kalau dia teroris yang dicari cepat kita ringkus!" timpal lelaki lainnya. Lelaki itu tertawa keras.
"Kalian benar, kepalaku memang berharga!" Dan penutup wajah lelaki itu terbuka.
Lelaki bertatto serta teman-temannya seketika terhenyak kaget melihat pemandangan mengerikan, leher lelaki itu ternyata tak berkepala, tenggorokannya berlumuran darah seperti baru saja ditebas parang atau mungkin juga bekas terkena pecahan bom. Orang-orang yang mengerumuninya terkesiap mundur. Lelaki itu kemudian memakai penutup wajahnya kembali, memandang orang-orang di sekelilingnya sekejap lalu berbalik dan meneruskan langkahnya.
Lelaki bertatto dan rekan-rekannya terdiam di tempat mereka masing masing, mereka masih tidak mempercayai apa yang barusan mereka lihat dan mereka tak berani mengejar lelaki itu. Seseorang yang tersadar dengan terbata-bata segera berkata.
"Dia dia... mungkin pesulap dan seorang mentalis, dia baru saja memainkan ilusinya di depan kita semua," katanya dengan suara nergetar.
"Mungkin saja, jangan-jangan kamu itu si Limbad yang sering atraksi di tivi." Lalu lelaki itu berbalik pergi, orang-orang yang terbangun dari keterkejutannya saling berpandangan.
"Ayo kita tangkap," kata salah seorang. Orang-orang bersiap, dan di bawah pohon yang rimbun itu mereka melihat lelaki itu berubah menjadi seekor anjing, dan ia pergi begitu cepat melintasi jalan raya. Orang-orang tak percaya menatapnya.